Manusia menjalani hidup dengan satu keyakinan dasar yang jarang dipertanyakan: bahwa dunia yang kita lihat, dengar, dan rasakan adalah dunia yang sebenarnya. Kita percaya bahwa rumput itu hijau dan langit itu biru semata-mata karena indra kita melaporkannya demikian. Kepercayaan fundamental ini, yang dikenal sebagai realisme naif (naive realism), adalah fondasi yang memungkinkan kita berinteraksi dengan lingkungan secara fungsional. Namun, keyakinan ini goyah ketika kita frustrasi mendapati orang lain melihat situasi yang sama namun sampai pada kesimpulan yang sangat berbeda.
Buku "Twisted Reflections" ini hadir untuk menantang keyakinan tersebut. Berdasarkan studi ilmu kognitif, neurosains, dan psikologi perseptual, buku ini menyajikan gambaran yang jauh lebih meresahkan. Cermin tempat kita melihat realitas tidaklah sempurna; cermin itu retak, cembung, cekung, dan sering kali kotor. Apa yang kita anggap sebagai "realitas" sebenarnya adalah sebuah konstruksi—sebuah model mental yang diciptakan oleh otak kita setelah melalui proses penyaringan, interpretasi, dan pengeditan yang intensif.
Indra kita bukanlah jendela yang jernih, melainkan editor yang aktif dan seringkali bias. Buku ini adalah sebuah penjelajahan mendalam tentang bagaimana dan mengapa "cermin" mental kita memelintir pantulan yang kita terima. Dengan membongkar ilusi kognitif, bias bawaan, dan filter persepsi yang membentuk pengalaman subjektif kita, buku ini mengungkap betapa rapuhnya genggaman kita pada realitas objektif, dan bagaimana proses konstruksi ini memengaruhi setiap keputusan, ingatan, dan pemahaman kita tentang dunia.
